Selasa, 01 September 2009

Rintisan awal

Saat ini ada sekitar 1.600 santri yang menetap di ponpes, terbagi dalam dua asrama putra dan putri. Para santri berasal dari berbagai wilayah di Indonesia. KH Noer Nasroh menuturkan ponpes ini dirintis sejak tahun 1977 oleh KH Syarbini, santri KH Hasyim Asy'ary dari Ponpes Tebuireng Jombang. Pada awalnya di Gomang ada enam keluarga dengan aliran kepercayaan tertentu. Aliran itu dikhawatirkan melebar.

Saat itu ulama Nahdlatul Ulama berupaya melakukan pendekatan ke warga agar menjalankan kehidupan dan peribadatan sesuai syariah ahlus sunah wal jamaah. Sejumlah santri KH Syarbini diminta mengajarkan syariah agama Islam di Gomang. Mereka diharapkan bisa memberikan pengertian tentang Islam. "Misi itu kurang berhasil. Mereka tidak betah karena diancam dibunuh dan diusir penganut aliran itu," kata KH Noer Nasroh.

Akhirnya tugas itu diemban KH Noer Nasroh Hadiningrat. "Awalnya perjuangan sangat berat, anak-anak yang mengaji pada awalnya hanya 27 santri," ujar KH Noer Nasroh. Dikatakan, masyarakat Gomang pada 1970- an masih terisolasi dan terbelakang. Bila ada anggota TNI datang, warga berhamburan ke hutan. Bahkan saat shalat Idul Fitri maupun Idul Adha warga malah menggembala sapi.

KH Noer Nasroh lalu mencari cara pendekatan termasuk dengan menjadi sutradara kesenian sandur di Tuban. Gending dan nyanyiannya diubah dengan shalawat badar. "Saya juga ikut menggembala enam sapi ibu angkat saya untuk pendekatan berdakwah," tuturnya. Upaya itu tidak sia-sia, bahkan Ponpes Walisongo Gomang kini menjadi salah satu ponpes yang diperhitungkan.( redaksi Kompas )


1 komentar: